MAKALAH
TEORI BELAJAR
Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Psikologi Pendidikan Lanjut
Oleh :
LUGTYASTYONO BN
9810500081
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
PROGRAM DOKTOR ILMU PENDIDIKAN
S U R A K A R T A
2 0 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, semua penyelenggara pendidikan bertujuan untuk membentuk proses belajar, yakni usaha untuk memperkenalkan seseorang pada sesuatu yang akan di kuasainya / di ketahuinya ataupun lingkungannya ( Toto Raharjo 1996: 51 ). Sekolah merupakan tempat pendidikan, tempat guru mengajar dan tempat murid belajar, sehingga terjadilah proses belajar mengajar yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya yaitu yang tercantum pada UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB II Pasal 3 yang berbunyi :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Suatu proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang rumit yang melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus di lakukan demi tercapainya hasil belajar yang di inginkan . Salah satu cara belajar yang menekankan pada berbagai kegiatan dan tindakan adalah menggunakan pendekatan dalam belajar dan teori belajar yang tepat. Sampai saat ini masih banyak di jumpai pendidik baik itu guru maupun dosen yang dalam mengajarnya masih menggunakan cara konvensional. Ada juga guru maupun dosen yang mengajarnya cenderung meniru gaya orang yang dahulu pernah menjadi gurunya, guru maupun dosen yang demikian ini cenderung akan meniru gaya orang yang di idolakan, tanpa melihat sisi kelemahannya.
Dari uraian di atas maka dipandang perlu bagi seorang pendidik untuk memahami tentang pengertian, ‘‘ Teori Belajar dan Praktek Pembelajaran “
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat ditentukan rumusan masalah dalam makalah ini seperti:
1) Apa pengertian belajar ?
2) Apa pengertian teori belajar ?
3) Bagaimana Teori belajar dan Implikasinya dalam praktek Pembelajaran di sekolah dan Perguruan Tinggi
1.3 Tujuan penulisan
1) Menjelaskan pengertian Belajar
2) Menjelaskan pengertian Teori Belajar
3) Teori belajar dan Implikasinya dalam praktek Pembelajaran di sekolah dan Perguruan Tinggi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar
Belajar adalah kunci yang paling penting dalam setiap usaha pendidikan, sebagai suatu proses, belajar mendapatkan tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Karena demikian pentingnya arti belajar, sehingga banyak sekali ahli Pendidikan yang mengartikan belajar dari sudut pemahaman yang berbeda.
Perubahan dan kemampuan untuk berubah merupakan batasan dan makna yang terkandung dalam belajar. Karena kemampuan berkembang melalui belajar manusia secara bebas dapat mengeksplorasi, memilih, dan menetapkan keputusan-keputusan penting untuk kehidupannya. Akan tetapi banyak sekali contoh tentang perubahan yang terjadi pada manusia dalam perkembangan kehidupanya, itu didasarkan kepada keadaan lingkungan, seperti contoh, anak manusia mempunyai bakat untuk berdiri di atas dua kakinya, namun dalam perkembangany ia dibesarkan oleh seekor serigala di lingkungan hutan otomatis si anak tersebut untuk mengembangkan bakatnya berdiri diatas dua kakinya akan mengalami kesulitan, ia akan menyesuaikan dengan yang mengasuh pada waktu itu yaitu seekor serigala. Belajar sebagai suatu proses berfokus pada apa yang terjadi ketika belajar berlangsung
Ada berbagai pendapat tentang belajar, menurut Witherington, dan Cronbach ( 1982 : 11) belajar adalah suatu perbuatan yang di lakukan terus menerus sepanjang hidup manusia dan sesuatu yang harus di lakukan oleh setiap manusia, sehingga belajar adalah memodifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan menurut Muhibbin Syah (1999 : 89), “Belajar “ adalah kegiatan berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang di alami oleh siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya sendiri.
Dimyati dan Mudjiono (1994 : 295) menyatakan bahwa “Belajar adalah kegiatan individu memperoleh pengetahuan, perilaku dan ketrampilan dengan cara mengolah bahan belajar. Dalam belajar tersebut individu menggunakan ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik , Akibat belajar tersebut maka kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik makin bertambah baik.
1). Ranah kognitif adalah segi kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran, pikiran. Menurut Bloom ranah kognitif terdiri 6 kategori yaitu: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, evaluasi.
2). Ranah afektif adalah segi kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi yang berbeda dengan penalaran. menurut Krathwol dkk ranah afektif terdiri 5 kategori yaitu : penerimaan, partisipasi, penilaian, penentuan sikap organisasi, dan pembentukan pola hidup.
3). Ranah psikomotorik adalah segi kemampuan yang mengutamakan ketrampilan jasmani menurut Simposium ranah psikomotorik terdiri 7 kategori yaitu : persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas
Tabrani Rusyan (1995: 6) mengatakan bahwa : Belajar mengajar adalah suatu proses yang rumit karena tidak sekedar menyerap informasi dari guru, tetapi melibatkan berbagai kegiatan maupun tindakan yang harus di lakukan, terutama bila di inginkan hasil belajar yang lebih baik. Salah satu cara belajar mengajar yang menekankan berbagai kegiatan dan tindakan adalah menggunakan pendekatan tertentu dalam belajar-mengajar, yang pada hakekatnya merupakan suatu upaya dalam mengembangkan metode belajar yang di lakukan oleh guru untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Belajar menurut Morris L. Bigge adalah perubahan yang menetap dalam kehidupan seseorang yang tidak diwariskan secara genetis (Darsono, 2000:3), sedang menurut Menurut W.S Winkel dalam Hamalik (2003:28), belajar adalah aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, ketrampilan dan nilai sikap yang bersifat menetap atau konstan.
Namun banyak sekali orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghapalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi / materi pelajaran. Orang yang demikian akan merasa bangga apabila anaknya telah bisa menghafalkan atau menyebutkan kembali dengan lisan. Ada juga orang yang beranggapan belajar itu adalah latihan seperti latihan membaca dan menulis. Berdasarkan persepsi semacam itu mereka akan merasa puas bila anak-anak mereka telah mampu memperlihatkan keterampilan jasmaniah tertentu tertentu walaupun tanpa pengetahuan arti, hakikat, dan tujuan keterampilan tersebut.
Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan dari diri seseorang meliputi ranah kognitif, afektif, psikomotorik akibat adanya latihan, pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya.
Belajar mengandung 3 (tiga) hal pokok, yaitu:
( 1 ). Belajar sebagai suatu proses yang akan menghasilkan perubahan perilaku.
( 2 ). Perubahan perilaku dalam belajar terjadi karena didahului oleh proses pengalaman
( 3 ). Perubahan perilaku karena belajar bersifat relatif permanen.
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
2.2 Pengertian Teori Belajar
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan, Teori adalah cara-cara atau metode yang digunakan untuk mempelajari atau meneliti sesuatu dalam sesuatu proses pembelajaran. Berarti teori belajar adalah cara-cara yang digunakan untuk memahami tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus-respons dan teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan hubungan yang terus-menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang diberikan dinamakan suatu prosess belajar (Tan, 1981:91) Untuk lebih memperjelas pengertian mengenai proses belajar yang merupakan hasil penyelidikan para ahli psikologi.
Berikut ini, akan saya utarakan beberapa teori belajar.
2.2.1. Teori Belajar Behavioristik
Pertama kali teori ini dicetuskan oleh Gage dan Berliner yaitu tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman, Teori belajar behaviour menyatakan bahwa interaksi antara stimulus respons dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman. Berdasarkan teori ini pembelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pembelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pembelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Jadi implikasi dari teori belajar ini dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Menurut pandangan teori belajar behavioristik, siswa dipandang sebagai pebelajar yang pasif dan kurang memberikan ruang gerak yang bebas untuk siswa dalam mengembangkan potensi dirinya.
Beberapa tokoh besar dalam aliran behaviorisme antara lain adalah :
a. Ivan Petrovich Pavlov (1849-1936)
Ivan Petrovich Pavlov lahir 14 September 1849 di Ryazan Rusia. Ia mengemukakan bahwa dengan menerapkan strategi ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.
Pavlov mengadakan percobaan laboratories terhadap anjing. Dalam percobaan ini anjing di beri stimulus bersarat sehingga terjadi reaksi bersarat pada anjing. Contoh situasi percobaan tersebut pada manusia adalah bunyi bel di kelas untuk penanda waktu tanpa disadari menyebabkan proses penandaan sesuatu terhadap bunyi-bunyian yang berbeda dari pedagang makan, bel masuk, dan antri di bank. Dari contoh tersebut diterapkan strategi Pavlo ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan. Sementara individu tidak sadar dikendalikan oleh stimulus dari luar. Belajar menurut teori ini adalah suatu proses perubahan yang terjadi karena adanya syarat-syarat yang menimbulkan reaksi.Yang terpenting dalam belajar menurut teori ini adalah adanya latihan dan pengulangan. Kelemahan teori ini adalah belajar hanyalah terjadi secara otomatis keaktifan dan penentuan pribadi dihiraukan.
b. Thorndike.(1874-1949)
Menurut Thorndike belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa yang disebut stimulus dan respon. Thorndike menggambarkan proses belajar sebagai proses pemecahan masalah. Dalam penyelidikannya tentang proses belajar, pelajar harus diberi persoalan, dalam hal ini Thorndike melakukan eksperimen dengan sebuah puzzlebox. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan kucing yang dimasukkan pada sangkar tertutup yang apabila pintunya dapat dibuka secara otomatis bila knop di dalam sangkar disentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori Trial dan Error. Ciri-ciri belajar dengan Trial dan Error Yaitu : adanya aktivitas, ada berbagai respon terhadap berbagai situasi, ada eliminasai terhadap berbagai respon yang salah, ada kemajuan reaksi-reaksi mencapai tujuan.
Atas dasar percobaan di atas, Thorndike menemukan hukum-hukum belajar :
1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)Jika suatu organisme didukung oleh kesiapan yang kuat untuk memperoleh stimulus maka pelaksanaan tingkah laku akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosaiasi cenderung diperkuat.
2. Hukumlatihan
Hukum latihan akan menyebabkan makin kuat atau makin lemah hubungan S-R. Semakin sering suatu tingkah laku dilatih atau digunakan maka asosiasi tersebut semakin kuat. Hukum ini sebenarnya tercermin dalam perkataan repetioest mater studiorum atau practice makes perfect.
3. Hukum akibat ( Efek )
Hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila akibat menyenangkan dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan. Rumusan tingkat hukum akibat adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi. Jadi hukum akibat menunjukkan bagaimana pengaruh hasil suatu tindakan bagi perbuatan serupa.
Skinner menganggap reward dan reinforcement merupakan faktor penting dalam belajar. Skinner berpendapat bahwa tujuan psikologi adalah meramal, mengontrol tingkah laku. Pada teori ini guru memberi penghargaan hadiah atau nilai tinggi sehingga anak akan lebih rajin. Teori ini juga disebut dengan operant conditioning. Operant conditioning adalah suatu proses penguatan perilaku operant yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat diulang kembali atau menghilang sesuai keinginan.
Operant conditing menjamin respon terhadap stimuli. Bila tidak menunjukkan stimuli maka guru tidak dapat membimbing siswa untuk mengarahkan tingkah lakunya. Guru memiliki peran dalam mengontrol dan mengarahkan siswa dalam proses belajar sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.
Prinsip belajar Skinners adalah :
1). Hasil belajar harus segera diberitahukan pada siswa jika salah dibetulkan jika benar diberi penguat.
2). Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar. Materi pelajaran digunakan sebagai sistem modul.
3). Dalam proses pembelajaran lebih dipentingkan aktivitas sendiri, tidak digunakan hukuman, untuk itu lingkungan perlu diubah untuk menghindari hukuman.
4). Tingkah laku yang diinginkan pendidik diberi hadiah dan sebaiknya hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable ratio reinforcer.
5). Dalam pembelajaran digunakan shapping
Pandangan teori behavioristik telah cukup lama dianut oleh para pendidik. Namun dari semua teori yang ada, teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya terhadap perkembangan teori belajar behavioristik. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berprogram, modul dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement), merupakan program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan Skiner.
2.2.2. Teori Belajar Kognitif
Untuk meningkatkan kemampuan berfikir siswa, dan membantu siswa menjadi pembelajar yang sukses, maka pengajar yang menganut paham Kognitivisme banyak melibatkan siswa dalam kegiatan dimana faktor motivasi, kemampuan problem solving, strategi belajar, memory retention skill sering ditekankan.
Berbeda dengan paham Behaviorisme, paham cognitivisme lebih terfokus pada masalah atau pertanyaan yang berkenaan dengan kognisi, atau pengetahuan. Menurut para pendukung teori ini, belajar adalah suatu proses mental, yang tidak selalu harus bisa diamati, yang bisa juga diberi nama pemrosesan informasi. Perubahan tingkah laku yang terjadi adalah merupakan refleksi dari interaksi persepsi diri seseorang terhadap sesuatu yang diamati dan dipikirkannya. Menurut para pendukung teori kognitif, bagaimana teori behaviorisme bisa menjelaskan proses belajar yang terjadi pada beberapa siswa yang berbeda, dimana setelah mendapat stimulus yang sama mereka menghasilkan respon yang berbeda? Respon yang berbeda tersebut mestilah hasil dari kapasitas kognisi siswa yang berbeda. Mungkin mereka tidak memiliki motivasi yang sama, mungkin mereka menerapkan cara belajar yang berbeda, mungkin mereka memiliki background knowledge yang berbeda, atau mungkin cara pemecahan masalah yang mereka terapkan juga berbeda. Terdapat banyak kemungkinan yang bisa menyebabkan mengapa stimulus yang sama tidak menghasilkan respon yang sama.
Perkembangan kognitif anak akan lebih berarti apabila didasarkan pada pengalaman nyata dari bahasa yang digunakan berkomunikasi ketika berinteraksi dengan subjek belajar lainnya. Menurut pandangan teori kognitif, proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya.
2.2.3. Teori Belajar Konstruktivisme
Pengetahuan yang kita miliki adalah konstruksi (bentukan) kita sendiri. Seseorang yang belajar akan membentuk pengertian, ia tidak hanya meniru atau mencerminkan apa yang diajarkan atau yang ia baca, melainkan menciptakan pengertian baik secara personal maupun social. Pengetahuan tersebut. dibentuk melalui interaksi dengan lingkungannya.
Siswa yang memahami dan mampu menerapkan pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus mampu memecahkan masalah, menemukan(discovery) sesuatu untuk dirinya sendiri, dan bergelut dengan berbagai gagasan.
Intisari dari teori ini adalah bahwa setiap siswa harus menemukan dan mentransformasikan informasi ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memandang siswa sebagai individu yang selalu memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan prinsip-prinsip yang telah ada dan merevisi prinsip-prinsip tersebut apabila dianggap sudah tidak dapat digunakan lagi. Hal ini memeberikan implikasi bahwa siswa harus terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Menurut pandangan teori konstruktivisme, dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan member makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari.
2.2.4. Teori Belajar Humanistik
Hasil belajar dalam pandangan humanistik adalah kemampuan siswa mengambil tanggung jawab dalam menentukan apa yang dipelajari dan menjadi individu yang mampu mengarahkan diri sendiri dan mandiri. Disamping itu pendekatan humanistic memandang pentingnya pendekatan pendidikan di bidang kreatifitas, minat terhadap seni, dan hasrat ingin tahu.
Keleluasaan untuk memilih apa yang akan dipelajari dan kapan dan bagaimana mereka akan mempelajarinya yang merupakan ciri utama pendekatan humanisme bertujuan untuk membantu siswa menjadi self-directed serta self-motivated learner. Dalam teori ini menganggap bahwa siswa akan bersedia melakukan banyak hal apabila mereka memiliki motivasi yang tinggi dan mereka diberi kesempatan untuk menentukan apa yang mereka inginkan. Ciri lain dari pendekatan humanisme adalah mereka menghindari pemberian nilai, tes standard atau evaluasi formal lainnya.
Pembelajaran berdasarkan teori humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial. Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjaadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggungjawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan , norma , disiplin atau etika yang berlaku.
menurut pandangan teori belajar humanisme, diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif dan tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Beberapa tokoh besar dalam aliran humanistik antara lain adalah :
a. Arthur Combs (1912-1999)
Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dariketidakmampu- an seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
b. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).
Abraham Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Maslow percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut:
(1). Kebutuhan fisiologis / dasar
(2). Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
(3). Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
(4) Kebutuhan untuk dihargai
(5). Kebutuhan untuk aktualisasi diri
c. Carl Rogers
Carl Ransom Rogers dilahirkan di Oak Park, Illinois, pada tahun 1902 dan wafat di LaJolla, California, pada tahun 1987. Semasa mudanya, Rogers tidak memiliki banyak teman sehingga ia lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca. Dia membaca buku apa saja yang ditemuinya termasuk kamus dan ensiklopedi, meskipun ia sebenarnya sangat menyukai buku-buku petualangan. Ia pernah belajar di bidang agrikultural dan sejarah di University of Wisconsin. Pada tahun 1928 Ia memperoleh gelar Master di bidang psikologi dari Columbia University dan kemudian memperoleh gelar Ph.D di dibidang psikologi klinis pada tahun 1931.
Pada tahun 1931, Rogers bekerja di Child Study Department of the Society for the prevention of Cruelty to Children (bagian studi tentang anak pada perhimpunan pencegahan kekerasan tehadap anak) di Rochester, NY. Pada masa-masa berikutnya ia sibuk membantu anak-anak bermasalah/nakal dengan menggunakan metode-metode psikologi. Pada tahun 1939, ia menerbitkan satu tulisan berjudul “The Clinical Treatment of the Problem Child”, yang membuatnya mendapatkan tawaran sebagai profesor pada fakultas psikologi di Ohio State University. Dan pada tahun 1942, Rogers menjabat sebagai ketua dari American Psychological Society.
Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip dasar humanistic yang penting diantaranya ialah :
a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
2.3 Teori belajar dan Implikasinya dalam praktek Pembelajaran di sekolah dan Perguruan Tinggi
Teori belajar merupakan teori yang dikemukakan oleh para peneliti dalam upaya mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. dengan demikian akan membantu manusia dalam memahami karakteristik serta pendekatan-pendekatan dalam proses belajar. Secara garis besar terdapat empat teori belajar, yaitu: Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme dan Humanistik.
Jadi, berbagai teori belajar diatas memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing dan memiliki implikasi yang berbeda-beda dalam pembelajaran tentunya. Menurut pandangan teori belajar behavioristik, siswa dipandang sebagai pembelajar yang pasif dan kurang memberikan ruang gerak yang bebas untuk siswa dalam mengembangkan potensi dirinya. Menurut pandangan teori kognitif, proses pembelajaran harus lebih memberi ruang yang luas agar siswa mengembangkan kualitas intelektualnya. Menurut pandangan teori konstruktivisme, dalam proses pembelajaran siswa harus aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan member makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Dan menurut pandangan teori belajar humanisme, diharapkan siswa memahami potensi diri , mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri yang bersifat negatif dan tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar.
Manfaat dari beberapa teori belajar adalah :
1. Membantu guru atau dosen untuk memahami bagaimana peserta didik belajar,
2. Membimbing guru atau dosen untuk merancang dan merencanakan proses pembelajaran,
3. Memandu guru atau dosen untuk mengelola kelas,
4. Membantu guru untuk mengevaluasi proses, perilaku guru sendiri serta hasil belajar
siswayang telah dicapai,
6. Membantu proses belajar lebih efektif, efisien dan produktif,
7. Membantu guru atau dosen dalam memberikan dukungan dan bantuan kepada peserta
didik sehingga dapat mencapai hasil prestasi yang maksimal.
Implikasi perkembangan teori pembelajaran sekarang sangatlah beragam. guru dan dosen dapat menerapkan menurut aliran-aliran teori tertentu. Namun belum ada aturan yang pasti tentang teori mana yang paling baik dan paling benar akan tetapi yang lebih penting adalah teori mana yang lebih cocok diterapkan pada kondisi lingkungan tertentu. Sehingga kesimpulannya dari ketiga teori tersebut adalah sama-sama bisa diterapkan pada kondisi lingkungan tertentu yang paling sesuai dengan karakteristik belajarnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.
b. Teori belajar merupakan teori yang dikemukakan oleh para peneliti dalam upaya mendeskripsikan bagaimana manusia belajar. dengan demikian akan membantu manusia dalam memahami karakteristik serta pendekatan-pendekatan dalam proses belajar. Secara garis besar terdapat empat teori belajar, yaitu: Behaviorisme, Kognitivisme, Konstruktivisme dan Humanistik.
c. Teori-teori belajar dan pembelajaran merupakan panduan untuk kita mengajar atau melaksanakan proses pembelajaran dikelas. Akan tetapi tidak sepenuhnya seorang guru hanya menggunakan satu teori pembelajaran saja, semuanya memiliki kekurangan dan kelebihan, sehingga seorang guru hendaknya dapat memadukan semua teori tersebut sehingga dapat tercipta sebuah inovasi pembelajaran dengan metode serta teori baru yang diciptakan sendiri.
d. Pada dasarnya semua teori itu tidak ada yang sama, hanya saja penerapannya dalam pembelajaran serta pandangan terhadap peserta didik yang berbeda. Jadi penggunaan teori belajar dan pembelajaran dalam proses pembelajaran merupakan acuan dalam menjalankan proses pembelajaran di kelas agar tercipta kondisi sesuai yang diinginkan.
3.2 Saran
Pengertian, Belajar , dan Teori Belajar dan Implikasinya dalam praktek Pembelajaran di sekolah dan Perguruan Tinggi hendaknya dipahami oleh para pendidik agar dapat diterapkan dalam dunia pendidikan dengan benar, sehingga tujuan pendidikan akan benar-benar dapat dicapai.
==================================================================================
pengen tahu nih karya tulis ttg yang lain
ia nanti kita update lagi Pak frans
Gak ada daftar pustakanya ya pak? membantu sekali pak,
oke nanti kita tambahkan